JAKARTA - Penundaan kenaikan harga BBM subsidi April mendatang, dinilai tidak akan berpengaruh terhadap ikim investasi dan pergerakan capital inflow (aliran dana masuk). Bahkan, dipercaya tidak akan mempengaruhi pergerakan pasar saham dalam jangka pendek.
"Ekonomi akan biasa saja, IHSG akan baik, business akan berjalan as usual," ungkap Asisten Staf Ahli Wakil Presiden RI Denni Puspa Purbasari ketika ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (31/3/2012).
Meskipun begitu, Denni yang juga dosen di Universitas Gajah Mada ini mengaku dalam waktu dekat, permintaaan akan valas khususnya dollar Amerika Serikat (AS) akan bertambah dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan akan semakin banyaknya kebutuhan impor akan minyak dan gas.
"Untuk menutupi kebutuhan dalam negeri, impor migas akan makin banyak, permintaan valas juga pasti naik," lanjut Denni yang enggan menyebut berapa kenaikannya.
Denni berpendapat, secara fiskal, pemerintah pasti akan sedikit kesulitan menyeimbangkan anggarannya sehingga kemungkinannya, tahun ini, pemerintah akan menambah utang sehingga rasio defisit fiskal terhadap GDP semakin besar.
"Makanya, saya berpendapat bahwa BBM memang harus naik. Hal ini akan menjadi gerbang bagi pemerintah untuk memuluskan kebijakan-kebijakan energi yang lain seperti pembatasan dan konversi BBG," jelas dia.
Besarnya selisih harga antara BBM subsidi dan non subsidi, dijelaskan Denny, membuat keberhasilan program konversi BBM ke BBG tidak akan sukses tanpa diikuti kenaikan harga BBM. Jika pemerintah tidak diizinkan menaikkan harga, overkuota dan penimbunan BBM dimungkinkan akan terus terjadi.
"Soal Bantuan Langsung Sementara Tunai (BLSM), itu kan hanya bersifat sementara dan berakhir di tahun ini. Di tahun 2013 dan 2014, pemerintah sudah bisa mempunyai budget saving karena BLSM ini sudah tidak dibagikan sehingga bisa dialihkan ke yang lain seperti infrastruktur," tandas dia. (gna)
(rhs)