Sketsa The Battle of Anghiari (foto: NBC News)
FLORENCE - Usaha kontroversial dalam menemukan karya pamungkas Leonardo da Vinci di balik sebuah fresco di Florence telah berakhir tanpa membongkar misteri yang ada.
Misteri tersebut adalah mengenai lukisan yang dikenal sebagai "The Battle of Anghiari atau "Fight for the Standard". Lukisan tersebut diminta agar dilukiskan di balai pertemuan Palazzo Vecchio untuk mengenang kemenangan militer Florence pada 1440.
Catatan yang ada menunjukkan bahwa Lonardo mulai menggarap lukisan dinding itu pada 1505, tapi meninggalkannya sebelum selesai. Alasannya adalah kendala yang ditemui pada teknik eksperimental yang digunakan Leonardo untuk melukisnya.
Beberapa dekade kemudian, balai kota itu diperluas serta direnovasi. Pada 1563, seniman Italia Giorgio Vasari melukis sebuah mural pada dinding baru di tempat tersebut. Dalam renovasi itu, mural legendaris karya Leonardo hilang. Saat ini, karya tersebut hanya diketahui dari sketsa-sketsa persiapan Leonardo. Demikian dilansir NBC News, Jumat (28/9/2012).
Kemudian pada 1975, seorang profesor teknik sekaligus ahli analisa seni kelahiran Italia di University of California, Maurizio Seracini pulang ke kampung halamannya di Florence. Dia mulai memelajari mural buatan Vasari dan menyadari seorang prajurit di lukisan itu memegang bendera bertuliskan "Cerca Trova", artinya "carilah dan Anda akan menemukan." Inilah yang diduga sebagai petunjuk ke karya pamungkas Leonardo.
Spekulasinya adalah lukisan Leonardo berada di balik dinding tempat mural Vasari. Seracini mengumpulkan para ahli, teknologi dan dukungan finansial untuk mengintip ke dinding belakang mural Vasari.
Hasil awal penelitian yang didukung National Geographic Society dan Walikota Florence, Matteo Renzi itu begitu menjanjikan. Mereka menemukan jejak pigmen yang ekslusif digunakan oleh Leonardo.
Namun, para pejabat Italia semakin gelisah dengan gangguan terhadap mural Vasari. Beberapa ahli mempertanyakan apakah telah ada cukup bukti untuk melanjutkan langkah pencarian Seracini. "Vasari tidak akan pernah menututupi karya seorang seniman yang sangat dikaguminya dengan harapan suatu hari akan ada orang yang mencari serta menemukannya," ujar sejarahwan seni di University Federico II, Tomaso Montanari.
"Anda bisa mengharapkan hipotesa seperti itu dari Dan Brown, tapi jelas tidak dari seorang sejarahwan seni," imbuhnya.
Akhirnya, pejabat kebudayaan setempat memutuskan para ilmuwan boleh mengebor satu lubang lagi untuk melakukan pengujian endoskopik. Tapi mereka dilarang melakukan pengeboran lain setelahnya. Ini berarti tidak bisa dilakukan pengujian yang lebih rumit.
Kini Discovery News melaporkan bahwa petugas museum Frolence telah memberi lampu hijau untuk menutup enam lubang yang digunakan dalam penelitian tersebut, sekaligus memindahkan skafolding yang dipakai mereka. (yhw)