VIVAnews - Sudah lama Planet Mars menjadi obyek pencarian kehidupan lain di luar Bumi. Tak hanya itu, "planet merah" juga menjadi salah satu calon koloni manusia, jika suatu hari nanti Bumi tak lagi sanggup menopang kehidupan.
Atas dasar itulah, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengeluarkan dana miliaran dolar untuk membiayai misi pengiriman Curiosity. Kendaraan robotik atau rover itu bertugas untuk menguak misteri Mars.
Namun, alih-alih menemukan tanda kehidupan, yang kini terungkap justru fakta mengecewakan. Dalam perburuan bukti masa lalu Mars sebagai tempat yang hangat dan basah, deposit tanah liat di planet tersebut selama ini dilihat sebagai indikasi yang meyakinkan, bahwa pernah ada air di permukaan Mars, yang memungkinkan berkembangnya kehidupan.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan di Bumi, tanah liat di Mars tidak membutuhkan danau atau air dalam proses pembentukannya. Sebaliknya, ia bisa saja menjadi hasil dari aktivitas gunung berapi. Sebuah kondisi yang tak terlalu ramah untuk kehidupan di planet yang kini gersang.
Sebuah tim riset yang dipimpin Alain Meunier dari Université de Poitiers, Prancis baru-baru ini mempelajari lava yang mengandung besi dan magnesium, serupa dengan tanah liat yang teridentifikasi ada di permukaan Mars. Tanah liat yang diteliti berasal dari pulau karang tropika di French Polynesian, Moruroa, Samudera Pasifik bagian selatan.
Temuan tim menunjukkan bahwa jenis tanah liat yang sama muncul ke permukaan bumi dapat disebabkan oleh magma kaya cairan dalam lingkungan vulkanik, dan bukan dibentuk oleh air. Hasil riset tersebut juga berkorelasi dengan rasio (D/H) dalam tanah liat yang ditemukan di meteorit Mars.
"Untuk mengkristal, tanah liat membutuhkan cairan tapi belum tentu air. Konsekuensinya, tanah liat tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa planet itu layak huni atau tidak," kata Alain Meunier seperti dimuat Christian Science Monitor.
Selain itu, tanah liat di Mars, ketebalannya bisa mencapai beberapa ratus meter, dan lebih menunjukkan gerakan naiknya massa magma dibandingkan interaksi dengan air.
Namun, jangan buru-buru kecewa. "Hipotesis ini baru mengusulkan bahwa mineral bukan terbentuk selama periode singkat pengurangan dan pelepasan gas (degassing) magmatik, mengurangi prospek untuk tanda-tanda kehidupan dalam setting ini," tulis Brian Hynek dari Departemen Ilmu Geologi University of Colorado, dalam menanggapi paper Meunier et al yang diterbitkan dalam edisi 9 September jurnal Nature Geoscience.
Itu tidak lantas berarti bahwa semua tanah liat Mars tidak terbentuk karena interaksi dengan air. Ilmuwan masih berharap pada kawah Gale, di mana Curiosity saat ini berada dan sedang mengeksplorasi.
Kawah Gale, diduga kuat sebagai situs danau di Mars pada miliaran tahun lalu. Tanah liat yang ditemukan di sana bisa saja terbentuk oleh oleh air.
Menurut penulis utama studi ini, Bethany Ehlmann dari California Institute of Technology, terdapat karakteristik tertentu dari tekstur sampai tanah liat yang dibentuk di bawah kondisi yang berbeda. "Gale adalah rasa yang berbeda dari Mars," ujarnya. (umi)
Sumber : Teknologi Viva